Sabtu, 16 Juli 2011

PENGUKURAN KUALITATIF


Pengukuran qualitative dapat dilakukan dengan berbagi jenis data atau informasi yang dikumpulkan. Data qualitative terdiri dari deskripsi yang terperinci pada suatu keadaan, peristiwa, orang, interaksi, dan pengamatan tingkah laku; pernyataan langsung dari orang mengenai pengalaman mereka, sikap, keyakinan, dan ide-ide; dan beberapa kutipan atau seluruh bagian dari dokumen, surat menyurat, rekaman, dan kasus-kasus sejarah. Deskripsi secara terperinci, pernyataan langsung, dan dokumentasi peristiwa  adalah bagian empiris dari data kasar sebuah pengukuran kualitatif. Data dikumpulkan sebagai naratif yang tidak terbatas tanpa uji coba untuk menyesuaikan program kegiatan atau pengalaman seseorang hingga sebelumnya menentukan kategori standar seperti pilihan jawaban yang terdiri dari tipe pertanyaan atau tes.
Pengukuran kuantitatif mengandalkan penggunaan instrument yang menyediakan sebuah kerangka kerja terstandar agar batas pengumpulan data lebih pasti sebelum menentukan respon (jawaban) atau analisis kategori. Pengalaman-pengalaman orang dalam program-program dan variable-variabel penting yang menggambarkan pengaturan program disesuaikan kedalam kategori standar berupa nilai angka (numeric) yang kemudian dilampirkan. Perbedaannya, evaluator menggunakan pendekatan qualitative untuk mencari ukuran untuk mengambil apa pendapat orang-orang. Pengukuran qualitative menggambarkan pengalaman orang-orang secara mendalam. Data tidak terbatas hingga ditemukan mengenai kehidupan orang-orang, pengalaman, dan interaksi dengan sesama mereka dan dalam lingkungan alamiah mereka. Pengukuran qualitative memperbolehkan peneliti melakukan evaluasi untuk merekam dan memahami orang dalam hubungan sesama mereka.
Data qualitative lebih mendalam dan terperinci (detail). Kedalaman dan kedetailan muncul melalui pernyataan langsung dan deskripsi yang rinci. Tingkat kedalaman dan kedetailan bermacam-macam bergantung pada sifat dasarnya dan maksud penyelidikan secara khusus. Pada tingkat yang paling sederhana, kedalaman dan kedetailan dapat muncul dari tanggapan pada pertanyaan-pertanyaan open-ended pada sebuah quisioner.

Membandingkan Dua Jenis Data : Contoh Kasus
Pada tahun 1970-an system sekolah Kalamazoo, Michigan menerapkan sebuah system akuntabilitas baru. Tidak semua orang setuju dengan pernyataan positif tersebut. Assosiasi Pendidikan Kalamazoo dengan bantuan dari Assosiasi Pendidikan Michigan dan Assosiasi Pendidikan Nasional mensponsori sebuah survey guru untuk mengetahui pandangan guru-guru mengenai program akuntabilitas.
Tabel: Pengukuran kuantitatif reaksi guru-guru terhadap system akuntabilitas Kalamazoo

Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah Responden
1.   Sistem akuntabilitas Kalamazoo dirancang untuk personalisasi dan pendidikan individual
0%
10%
36%
54%
512
2.   Sistem akuntabilitas membuat para guru lebih menyadari tanggung jawab mereka untuk menghadirkan kemampuan dasar akademik
4%
32%
35%
29%
506
3.   Sistem akuntabilitas membantu para guru untuk menjadi lebih efektif dalam pembelajaran
1%
11%
44%
44%
511
4.   Akuntabilitas sebagai praktik dalam kalamazoo menciptakan suasana yang tidak menyenangkan berupa kegelisahan diantara guru
67%
26%
4%
3%
519
5.   Sistem akuntabilitas  meningkatkan rencana pendidikan di Kalamazoo secara lebih baik
1%
9%
42%
48%
507
6.   Sistem akuntabilitas lebih pada sebuah upaya hubungan masyarakat
50%
40%
7%
3%
496
7.   Sistem akuntabilitas memungkinkan masyarakat kota untuk menentukan apa hasil yang akan mereka terima dari investasi mereka dalam proses pendidikan local
1%
5%
45%
49%
520
8.   Para guru mengecam system akuntabilitas tidak hanya ingin bertanggung jawab pada pembelajaran mereka
2%
3%
33%
62%
524
9.    Akuntabilitas sebagai praktik dalam Kalamazoo menempatkan banyak perhatian pada sesuatu yang dapat diukur sehingga menghilangkan hasil pembelajaran yang tidak dapat dengan mudah dilakukan pengukuran
61%
36%
3%
0%
522
10.   Data akuntabilitas digunakan oleh administrator secara baik, membangun sikap
2%
8%
45%
45%
491

Beberapa respon para guru
Respon guru #284
Saya tidak merasa takut pada situasi penting akuntabilitas. Seseorang yang berada pada posisi pimpinan dari system sekolah adalah manusia, bukan mesin. Kamu jangan memperlakukan orang seperti mesin.
Pemimpin khawatir menggunakan system ini untuk memperoleh apa yang dia cari. Hal tersebut sangat keras untuk dijelaskan dalam ruang yang kecil. Ini adalah sesuatu yang kamu miliki untuk hidup melalui apresiasi. Dia membohongi banyak kesempatan dan sangat tidak jujur. Para guru membutuhkan sebuah situasi dimana mereka merasa nyaman. Saya tidak mengatakan bahwa akuntabilitas tidak baik. Saya mengatakan akuntabilitas kami jelek. Melukai para siswa- sangat mengharuskan bekerja.

Respon guru #257
Sistem ini menciptakan atmosfer takut dan intimidasi. Saya hanya dapat membicarakannya pada sekolah saya, orang-orang tegang, bermusuhan dan kehilangan kemanusiaan mereka. Kesempatan akan baik dan semangat tim administrasi dan staff dan saya yakin ini semua dimulai dari atas. Satu dapat bekerja dalam kondisi ini tetapi mengapa, jika hal ini membentuk segolongan kecil guru yang kurang baik. Malahan, ini membuat hasil yang tidak baik pada keseluruhan komunitas fakultas.
                                                                                                                      
TUJUAN RESPON OPEN-ENDED
Sampel hasil quisioner diatas mengilustrasikan  perbedaan antara pengukuran kualitatif berdasarkan respon pertanyaan open-ended dan pengukuran kuantitatif berdasarkan skala tersusun dari item quisioner standar. Pengukuran kuantitatif  ringkas, hemat, dan lebih mudah dikumpulkan untuk dianalisis; data kuantitatif sistematis, terstandar, dan lebih mudah disajikan dalam ruang yang kecil. Perbedaannya, pengukuran kualitatif lebih panjang, lebih detail, dan variable dalam konten; analisis sulit karena respon-respon tidak disistematis secara terstandar. Namun respon open-ended dapat untuk memahami dunia responden. Tujuan mengumpulkan respon-respon pada pertanyaan open-ended memungkinkan peneliti untuk memahami dan menangkap sudut pandang orang lain tanpa sebelumnya menentukan sudut pandang itu melalui penyeleksian kategori quisioner.
Kutipan langsung merupakan sumber utama data kasar dalam pengukuran kualitatif, mengungkapkan tingkat emosi responden, cara mereka mengorganisasikan kehidupan mereka, pandangan mereka mengenai apa yang terjadi, pengalaman mereka, persepsi dasar mereka. Tugas metodologi kualitatif adalah menyediakan sebuah kerangka kerja dimana orang dapat menanggapi cara menyampaikan sudut pandang mereka mengenai keadaan yang ada dilingkungan secara akurat dan menyeluruh, atau hal-hal tertentu mengenai apa yang mereka bicarakan.

DATA KASAR PENGUKURAN KUALITATIF
John Lofland menyarankan empat bagian pada pengumpulan data kualitatif
                  1.      Metode kualitatif harus memperoleh data yang cukup tertutup mengenai orang, situasi yang diteliti  sehingga mampu memahami kedalaman dan kedetailan apa yang diinginkan.
                  2.      Metode kualitatif  bertujuan mendapatkan apa yang terjadi secara actual (keadaan sebenarnya) dan apa yang dikatakan orang secara actual.
                  3.      Data kualitatif terdiri dari deskripsi asli orang, kegiatan-kegiatan, dan interaksi
                  4.      Data kualitatif terdiri dari kutipan langsung dari orang, yaitu apa yang mereka bicarakan dan apa yang mereka tulis.

Jumat, 01 Juli 2011

KURIKULUM PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION) BAGI GURU MATEMATIKA SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU


Rancangan Kurikulum Pelatihan oleh Ferli Ramadhany
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak bukanlah manusia dewasa dalam ukuran kecil. Anak pada umumnya memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan orang dewasa bahkan mereka berbeda satu sama lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut juga dapat dilihat dari cara berpikir, bertindak, bekerja, dan lain sebagainya. Siswa SD pada umumnya berada pada kisaran usia 7-12 tahun. Menurut Piaget, pada usia tersebut anak berada dalam tahap berpikir operasional konkret, artinya siswa SD belum dapat berpikir secara formal dan abstrak. Pada tahap ini, anak-anak dapat memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkret. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika guru harus memperhatikan karakteristik dan perbedaan-perbedaan tersebut untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
Matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarki, menggunakan bahasa simbol, dan bersifat abstrak. Perbedaan karakteristik antara siswa sekolah dasar dan matematika mengakibatkan munculnya kesulitan dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu diperlukan cara yang efektif untuk menjembatani antara tahap berpikir siswa sekolah dasar yang masih berada dalam tahap operasional konkret dan matematika yang bersifat abstrak.
Mata pelajaran matematika sampai saat ini masih menjadi momok bagi siswa, sehingga pelajaran matematika menjadi kurang disenangi. Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi belajar matematika. Kesulitan belajar matematika tidak hanya disebabkan sulitnya materi pelajaran matematika, tetapi juga disebabkan kurang efektifnya metode penyampaian guru dalam mengelola pembelajaran matematika. Guru lebih aktif memberikan informasi kepada siswa, sedangkan siswa bersikap pasif. Dengan kata lain pembelajaran terpusat pada guru.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa rendah di antaranya; Masih banyak guru yang mengunakan pola pembelajaran yang cenderung "text book oriented" dalam arti menyampaikan materi sesuai dengan apa yang tertulis didalam buku dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Cara pembelajaran cenderung monoton dan hanya menggunakan metode ceramah sehingga materi yang disampaikan menjadi sulit dipahami siswa. Selain itu banyak guru mengajar dengan tidak memperhitungkan kemampuan berfikir siswa atau dengan kata lain tidak menggunakan pengajaran yang bermakna. Sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar siswa cenderung menghafal dan mekanistik.
Harapan yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan matematika seperti yang diamanatkan kurikulum adalah pengelolaan pembelajaran matematika di sekolah dapat bermakna dan dapat membuat siswa mampu menerapkan pengetahuan matematikanya dalam kehidupan sehari-hari dan bidang lain. Kegiatan pembelajaran matematika juga diharapkan mampu membuat siswa terampil menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik dalam bidang matematika maupun dalam bidang yang lain. Kegiatan pembelajaran matematika juga diharapkan mampu membuat siswa berkembang daya nalarnya sehingga mampu berfikir kritis, logis, sistematis, dan pada akhirnya siswa diharapkan mampu bersikap obyektif, jujur, dan disiplin.
Penekanan pembelajaran matematika di sekolah harus relevan dengan kehidupan sehari hari, supaya pelajaran matematika yang diperoleh akan bermanfaat. Dengan demikian matematika akan mempunyai peran yang penting bagi peserta didik untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu.
Dari beberapa karakter di atas pembelajaran yang dianggap cocok adalah Pembelajaran Matematika  Realisti atau RME (Realistik Mathematic Education). RME adalah suatu srategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. 

B. Filosofi Pelatihan
            Pelatihan ini dilaksanakan dengan memperhatikan :
  1. Prinsip Andragogy (Pendidikan orang Dewasa) dimana selama pelatihan peserta berhak :
a.        Didengarkan dan dihargai pengalamannya dalam melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah dasar
b.        Dipertimbangkan setiap ide, dan pendapat, sejauh berada dalam konteks pelatihan
c.        Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan
  1. Berorientasi kepada peserta,  dimana peserta berhak untuk :
a.   Mendapatkan satu paket bahan belajar
b.  Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan berbagai metode, melakukan umpan balik dan menguasai materi.
c.   Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual, auditorial maupun kinestetik (gerak).
d.  Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing peserta mengenai pembelajaran matematika di sekolah dasar
e.        Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka
f.         Melakukan evaluasi dan dievaluasi.
  1. Berbasis Kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk :
a.     Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan.
b.        Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan
  1. Melakukan tindakan yang memungkinkan peserta untuk :
a.    Melaksanakan micro teaching dalam pembelajaran matematika pada siswa sekolah dasar menggunakan model pembelajaran matematika realistic atau RME
b.        Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.

II. KOMPETENSI
            Kompetensi yang dapat dicapai  melalui pelatihan ini adalah :
  1. Mengetahui tahap perkembangan anak didik
  2. Mengetahui tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
  3. Mengetahui pembelajaran matematika realistic atau RME (Realistic Mathematic Education)
  4. Dapat menyusun Scenario Pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika dengan menerapkan RME (Realistic Mathematic Education
  5. Dapat menerapkan RME pada pembelajaran matematika di sekolah dasar

III. TUJUAN
A.      Tujuan Umum
Meningkatkan kompetensi  tenaga pendidik dalam melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah dasar dengan menerapkan Realistic Mathematic Education (RME).

B.       Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti pelatihan, diharapkan peserta :
1.    Mengetahui tahap perkembangan anak didik
2.    Mengetahui tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
3.    Mengetahui pembelajaran matematika realistic atau RME (Realistic Mathematic Education)
  1. Dapat menyusun Scenario Pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika dengan menerapkan RME (Realistic Mathematic Education
5.    Dapat menerapkan RME pada pembelajaran matematika di sekolah dasar

IV. PESERTA
  1. Peserta pelatihan adalah guru bidang studi Matematika SD/MI
  2. Peserta berjumlah 30 orang
V. STRUKTUR PROGRAM
No
Materi
Waktu
T
P
PL
Jmlh
A
Materi Dasar
a.         Permendiknas 2006 tentang SI dan SKL

2


-


-


2

Jumlah
2
-
-
2
B





Materi Inti
a.       Perkembangan Peserta Didik
b.      Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
c.       Pembelajaran Matematika Realistik (RME)
·  Menyusun scenario pembelajaran matematika dengan model RME
·  Menyusun RPP pembelajaran matematika dengan model RME
·  Simulasi pembelajaran matematika dengan model RME (micro teaching)

2
2
2
-

-

-

-
-
-
4

4

6

-
-
-
-

-

-

2
2
2
4

4

6

Jumlah
6
14
-
20
C
Materi Penunjang
a.    Pembelajaran Matematika menurut Pandangan Konstruktivistik

2


-


-


2

Jumlah
2
-
-
2
Total
10
14
-
24

VI. GARIS GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK MATHEMATIC EDUCATION (RME) BAGI GURU MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

Judul Materi
Wkt
TPU
TPK
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan
Metode
Media
Alat Bantu
Ref
Perkembangan Peserta Didik
2 jpl
Mampu memahami tentang perkembangan peserta didik
Peserta mengetahui tentang :
-      Tahap perkembangan anak dari tahap sensorik hingga tahap berpikir formal
-      Psikologi anak
-      Pendekatan pedagogik

Perkembangan Peserta Didik
-      Tahap perkembangan anak dari tahap sensorik hingga tahap berpikir formal
-      Psikologi anak
-      Pendekatan pedagogik
-    Ceramah
-    curah pendapat
-    diskusi



- software
- modul

- LCD
- komputer
- spidol


Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
2 jpl
Mampu memahami tentang pembelajaran matematika di sekolah dasar
Peserta mengetahui
-      Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
-      Kesenjangan antara tujuan pembelajaran MTK di SD dengan tahap perkembangan siswa SD yang berada pada tahap operasional
-      Beberapa metode pembelajaran
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
-      Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
-      Kesenjangan antara tujuan pembelajaran MTK di SD dengan tahap perkembangan siswa SD yang berada pada tahap operasional
-      Beberapa metode pembelajaran
-    Ceramah
-    curah pendapat
-    diskusi


- software
- modul

- LCD
- komputer
- spidol

Pembelajaran Matematika Realistik (RME)
16 jpl
Mampu memahami tentang Pembelajaran Matematika Realistik (RME)
Mengetahui tentang :
-      Pengertian RME
-      Prinsip dan karakteristik RME
-      Sintax RME
-      Cara menyusun langkah-langkah penerapan model RME
-      Cara menyusun scenario dan RPP Matematika dengan model RME
-      Penerapan RME pada pembelajaran Matematika di sekolah dasar
Pembelajaran Matematika Realistik (RME)
-      Pengertian RME
-      Prinsip dan karakteristik RME
-      Sintax RME
-      Cara menyusun langkah-langkah penerapan model RME
-      Cara menyusun scenario dan RPP Matematika dengan model RME
-      Penerapan RME pada pembelajaran Matematika di sekolah dasar
-    Ceramah
-    curah pendapat
-    diskusi
-    penugasan
-    praktik


- software
- modul
- LCD
- komputer
- spidol


Pembelajaran Matematika menurut Pandangan Konstruktivistik
2 jpl
Mampu memahami tentang pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik
Mengetahui tentang :
-      Tujuan pembelajaran matematika sekolah dasar
-      Pengertian konstruktivisme
-      Belajar bermakna dalam pembelajaran matematika
Pembelajaran Matematika menurut Pandangan Konstruktivistik
-      Tujuan pembelajaran matematika sekolah dasar
-      Pengertian konstruktivisme
-      Belajar bermakna dalam pembelajaran matematika
-    Ceramah
-    curah pendapat
-    diskusi



- software
- modul

- LCD
- komputer
- spidol




VII. EVALUASI  PELATIHAN
A.      EVALUASI TERHADAP PESERTA
Evaluasi terhadap peserta pelatihan berbentuk portofolio; berupa hasil pretest, penugasan, jawaban peserta atas pertanyaan fasilitator, pengamatan selama micro teaching
Instrumen Evaluasi terhadap Peserta Pelatihan
SOAL PRE TEST
PESERTA PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN RME
BAGI GURU SEKOLAH DASAR
  1. Apa yang anda ketahui tentang tahap perkembangan anak didik?
  2. Menurut anda apakah tujuan pembelajaran matematika sekolah dasar?
  3. Menurut anda metode apakah yang paling efektif dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar?

PENUGASAN (DIKELAS)
Susunlah Skenario Pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan model RME

B.  EVALUASI NARA SUMBER OLEH PESERTA     
Instrumen Evaluasi Nara Sumber oleh peserta
Demi meningkatkan kualitas pelatihan, kami akan sangat menghargai jika Anda bersedia menilai nara sumber kami sesuai dengan pernyataan karakteristik  berikut. Beri tanda silang (X) pada kotak yang sesuai.

Nama Nara Sumber
:

Materi
:


No.
Aspek  yang dievaluasi
Penilaian
1
2
3
4
1
Menguraikan tujuan materi




2
Menguraikan manfaat dan relevansi materi dengan baik




3
Menguasai materi pelatihan




4
Menguraikan materi dengan sistematis dan menarik 




5
Menggunakan media pembelajaran




5
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami




7
Bersikap santun dalam melaksanakan pelatihan




8
Memotivasi peserta untuk berpartisipasi aktif




9
Mengelola diskusi dengan menarik sehingga seluruh peserta berpartisipasi aktif




10
Mengajak peserta untuk menyimpulkan intisari materi yang disampaikan




11
Memulai dan mengakhiri pertemuan  tepat waktu




Total Skor

Rata-Rata


Kriteria penilaian:
u   Sangat Tidak Setuju        
v  Tidak Setuju
w   Setuju
x   Sangat Setuju

Tuliskan hal-hal lain yang menurut Anda masih perlu diperbaiki:





VIII. SERTIFIKASI
       Peserta yang telah mengikuti pelatihan model pembelajaran RME yang mengikuti sekurang-kurangnya 90%  dari alokasi waktu pelatihan dan dinyatakan berhasil menurut hasil evaluasi belajar mendapatkan 1 (satu) angka kredit

DESKRIPSI MATERI PELATIHAN
  1. Perkembangan Peserta Didik
1)      Tahap perkembangan anak dari tahap sensorik hingga tahap berpikir formal
2)      Psikologi anak
3)      Pendekatan Pedagogik

  1. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1)      Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
2)      Kesenjangan antara tujuan pembelajaran MTK di SD dengan tahap perkembangan siswa SD yang berada pada tahap operasional
3)      Metode pembelajaran

  1. Pembelajaran Matematika Realistik (RME)
1)      Pengertian RME
2)      Prinsip dan karakteristik RME
3)      Sintax RME
4)      Cara menyusun langkah-langkah penerapan model RME
5)      Cara menyusun scenario dan RPP Matematika dengan model RME
6)      Penerapan RME pada pembelajaran Matematika di sekolah dasar (Micro teaching)

  1. Pembelajaran Matematika menurut Pandangan Konstruktivistik
1)      Tujuan pembelajaran matematika sekolah dasar
2)      Pengertian konstruktivisme
3)   Belajar bermakna dalam pembelajaran matematika

PENGUKURAN KUALITATIF

Pengukuran qualitative dapat dilakukan dengan berbagi jenis data atau informasi yang dikumpulkan. Data qualitative terdiri dari deskripsi y...